Monday, November 18, 2013

Dongeng Matahari Biru

Lama tak menulis menimbulkan kerinduan untuk berbagi isi hati, menyingkap tirai kesunyian didalam jiwa.

Hari ini ingin kutuliskan sebuah cerita tentang matahari biru..ya matahari biru sebagai sebuah dongeng yang jauh berada dari tata surya kita yang berada dipinggiran galaksi bima sakti yang sangat sangat jauh sekali dari tempat kita. .

Dengan matahari biru sebagai pusat tatasuryanya, yang dalam salah satu planetnya terdapat kehidupan yang sangat maju yang didukung oleh pengetahuan dan peradaban yang sangat tinggi.

Yang paling menonjol dari kharakteristik penduduknya yaitu kakinya ada 5 buah dan bisa terbang. Dalam melaksanakan aktivitasnya seperti bepergian sering dilakukan dengan terbang.

Untuk sumber makananan penduduk yang dinaungi oleh matahari  biru mengambil dari saripati udara/oksigen, mungkin lebih kerennya disebut dengan prana.

Semoga dongeng tentang matahari biru bisa memberikan cerita untuk menghias mimpi ketika mata mulai tertutup yang diiringi oleh sympony alunan napas.

Thursday, February 21, 2013

Penghargaan Terhadap Cinta

Cinta yang tumbuh dan berkembang di hati apakah patut dihargai? Pasti kebanyakan orang -orang setuju pada jawaban bahwa cinta merupakan anugrah yang berharga yang patut disyukuri.

Cinta menimbulkan keindahan,  yang sedang dilanda cinta akan otomatis menjadi seniman untuk menarik lawan jenisnya.Seni yang disalurkan  lewat  lagu, puisi, syair, pahatan, lukisan, maupun bangunan serta yang lainnya.

Walaupun telah telah banyak karya seni yang dihasilkan karena adanya cinta tapi banyak yang belum mengerti bahwa cinta itu benar-benar berharga. Sehingga banyak yang ditemui puisi cinta menjadi gombalan yang diumbar kemana-mana. Atau kadang juga cinta dibarter dengan sejumlah uang sehingga menimbulkan pepatah "Ada Uang Ada Sayang" maupun "No Money No Honey". Jadi tak heran bila cinta selalu dijadikan alasan sebagai penyebab patah hati, padahal sebenarnya akibatnya dari keegoisan yang sengaja menutup dan merelakan cinta untuk ditukar dengan sesuatu hal. Perasaan telah dibuat mati seperti batu sehingga tak dapat ditumbuhi oleh cinta lagi.

Tetapi sebenarnya seberapa besarkah penghargaan terhadap cinta jika memang mensyukuri cinta adalah suatu anugrah yang terindah? Penghargaan terhadap cinta  dilakukan dengan kesetiaan dan pengabdian terhadap pasangan, bukan sebatas puisi, lagu cinta dan estetika lainnya. Kesetiaan dan Pengabdian merupakan intisari dari cinta.

Friday, February 15, 2013

Cinta Bersemi di Bulan September dan Februari yang Penuh Gairah.

Alam banyak bertutur ketika kita mencoba berdiam sejenak untuk menjadi pendengar yang baik sehingga pesan atau tutur yang disampaikan dapat dengan jelas diterima.

Musim penghujan di Nusantara biasanya berlangsung dari bulan September hingga bulan April. Setelah mendapatkan musim kemarau selama enam bulan, tanaman biasanya mendapat guyuran hujan pertama di Bulan September. Guyuran ini menyebabkan tumbuhnya tunas-tunas baru yang berbunga.

Tunas-tunas baru dengan bunga-bunga yang bermekaran seperti cinta yang baru tumbuh dan mekar dirongga dada. Harum wangi  bunga yang berbaur dengan udara  akan mengundang lebah untuk mengumpulkan madu serta kupu-kupu dan kumbang yang ikut membantu penyerbukkan sehingga nantinya dapat menjadi buah yang bermanfaat bagi kehidupan.

Bulan September yang dalam "Bahasa Balinya disebut sasih Kapat" merupakan bulan dimana alam bercinta untuk memberikan aroma yang harum,  persediaan madu dan buah bagi kehidupan.

Berhubung alam sedang bercinta maka manusianyapun ikut serta, untuk dapat harmonis dengan alam. Ditandai  banyaknya yang menempuh hidup baru pada bulan september agar ikut mendapatkan nama yang harum, hidup yang manis dan keturunan yang berkualitas.

Sedangkan pada Bulan Februari setelah selesai musim hujan angin,  biasanya gairah binatang meninggi. Akan banyak dilihat anjing birahi dan kawin pada bulan Februari, yang di Bali dikenal Dengan Sasih Kesanga yang identik dengan musim kawin bagi satwa anjing. Anjing mempersiapkan anaknya lahir setelah musim hujan usai, dan biasanya anjing membuat liang ditanah dikala melahirkan anaknya.
Bulan ini terasa lebih bergairah dibanding bulan-bulan yang lainnya, tetapi biasanya di Bali masyarakatnya menghindari menikah pada bulan Februari (Sasih Kesanga) karena lebih banyak unsur nafsu daripada cinta.

Apakah gairah pada bulan Februari ini ada hubungannya dengan Perayaan  Valentine yang selalu jatuh pada tanggal 14 Februari?....yang jelas Timur dan Barat adalah berbeda dari alam dan Budayanya, jadi tidak bisa disimpulkan semudah itu. Jadi jangan mudah menerima mentah-mentah budaya yang tidak sesuai dengan alam kita, karena dipastikan tidak bakalan cocok. Jadi pintar-pintar menyaring agar hal-hal yang sesuai dan bermanfaat saja dapat diambil.

Wednesday, February 13, 2013

Hidup Dengan Mimpi Atau Tanpa Impian


Dari beberapa pendapat mengatakan kesuksesan berawal dari mimpi. Untuk menjadi sukses maka mimpi harus diwujudkan bukannya dicari sambungannya dengan jalan tidur lagi.

Ada sebagian orang yang mengatakan mimpi adalah sekedar dari bunga tidur, tetapi sebagian masyarakat mempercayai mimpi merupakan isyarat, pertanda dari sesuatu hal yang bakal terjadi. Bagi sebagian  masyarakat jawa mimpi yang merupakan isyarat lebih dikenal dengan sebutan "Puspa Tajem", bukan sekedar bunga tidur.
Terus bagaimana halnya dengan tidur yang pulas yang tak ada mimpi yang dianjurkan oleh para penganut yoga agar otak dapat betul betul ikut beristirahat ketika badan terlelap?.
Yang jelas hal ini akan membawa badan terasa lebih segar ketika terbangun.

Terlepas dari masalah mimpi, ada banyak anugrah yang tak disadari yang telah dinikmati yang terasa indah sehingga  menimbulkan rasa bahagia. Tak disadari tiba-tiba telah mencapai tujuan walaupun sebelumnya tak pernah dibayangkan . Semua ini karena orang -orang disekitar telah  memberikan kasih-sayangnya sehingga hidup terasa indah. Rasa kasih sayang ternyata lebih indah dari mimpi, dan kebahagian itu tidak dipupuk lewat mimpi tetapi lewat kasih sayang.

Tuesday, February 5, 2013

Bulan Yang jauh Di Atas


Tulisan tentang Bulan di Dunia Timur banyak ditemui dalam karya sastra. Satelit Planet Bumi digambar sebagai Dewi kecantikan, sehingga gadis yang cantik sering diindentikkan kecantikkannya seperti Bulan.
Bulan juga dipakai sebagai perlambang dari keberuntungan, maka timbullah  istilah seperti kejatuhan bulan atau mimpi kejatuhan bulan yang bermakna akan memperoleh keberuntungan.

Penekun -penekun yoga yang tercerahkan/tersucikan, biasanya digambarkan dibelakang kepalanya berisi bulatan bulan purnama sebagai simbol kesadaran dan masih banyak simbol-simbol tentang bulan yang lainnya dengan maknanya tersendiri.

Tapi kali ini yang hendak dibahas bulan yang berhubungan dengan keindahan dan cinta. Keindahan dan Cinta memang sangat menyenangkan untuk dibahas dan tak pernah ada habis habisnya, walaupun kadang kadang memunculkan sebuah luka yang tersembunyi didalam hati.

Gadis yang cantik seperti bulan akan menyebabkan banyak pemuda yang terpana dan jatuh cinta dibuatnya. Dan banyak lelaki yang tidak beruntung untuk memetik cinta dari rembulan. Layaknya seperti punguk yang setiap malam memandangi bulan dan memanggil namanya, selalu memikirkan dan membayangi orang yang dicinta akan tetapi yang dibayangkan dan dipikirkan memikirkan orang lain. Kasih tak sampai akan menyebabkan patah hati jika terlalu berharap.

Karena memang letak bulan itu sangat jauh diatas, tentu saja pasangan yang jauh diatas pula...jauh diatas untuk ukuran kekayaan, ketenaran atau mungkin ketampanan.

Setiap orang memang memerlukan cahaya terang dalam hidupnya, jika tak mungkin mendapatkan cahaya terangnya bulan bukankah kunang-kunang juga bercahaya dan berada dekat untuk menyibak kegelapan dan sebagai penunjuk jalan, daripada terpaku pada dahan impian bagaikan seekor punguk, sang penunggu mimpi yang tak pernah menjadi kenyataan!

Saturday, January 5, 2013

Kesenangan dan Kemuliaan Hidup di Puncak Penulisan


Di Bukit Penulisan, Desa SuKawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Terdapat sebuah pura yang indah yang yang sering disebut Pura Puncak Penulisan. Pura ini letaknya di Puncak Bukit Penulisan. Pura Puncak Penulisan dimasukkan kedalam cagar budaya, berhubung banyaknya peninggalan pada zaman megaliticum yang ditemukan disana. Pura ini juga sering disebut dengan Pura Tegeh Koripan.

Tiba-tiba timbul dalam pikiran untuk mengulas kata-kata yang ada disana. Pasti leluhur terdahulu tidak sekedar membuat nama, dan mungkin ada yang ingin disampaikan lewat pesan-pesan yang tersembunyi, yang mengharuskan penerusnya untuk menterjemahkan.

Kenapa Pura Tegeh Koripan ini berada di Desa Sukawana, pasti ini ada sebab musababnya. SukaWana berasal dari kata "suka" dan "wana", "suka"= suka, kesenangan, sedangkan "wana" berarti Keinginan. Dapat ditafsirkan sebagai keinginan yang senang atau keinginan akan hidup yang senang.

Sedangkan Tegeh Koripan dapat di artikan : "tegeh" = tinggi, "koripan"= kehidupan. Jadi Tegeh koripan dapat diartikan kehidupan yang tinggi, kehidupan yang mulia.

Pelajaran yang hendak disampaikan disini adalah pemenuhan kehidupan materi terlebih dahulu sehingga dapat hidup dengan senang (kebahagian didunia), selanjutkan perlahan lahan meningkat seperti menaiki anak tangga yang berada di Pura Tegeh koripan ini menuju ke kehidupan yang tinggi/kehidupan yang mulia.

Dihubungkan dengan Puncak Penulisan, Penulisan yang berasal dari kata "Tolih" yang artinya melihat, dimaksudkan ketika sudah mencapai dipuncak akan dapat melihat dan menyadari tentang kesenangan dunia dan kemuliaan hidup.

Dan tentu saja hasil perenungan akan kesadaran ini merupakan permata pikiran. Karena Kintamani ini sendiri berarti permata pikiran.




Friday, January 4, 2013

Siwa Ratri, Yang Disembunyikan Dalam Pemburu Masuk Sorga


Hari Raya Siwa Ratri sudah dekat, berhubung mengetahui cerita Siwa Ratri dari buku bacaan ketika masih sekolah dulu yang hanya memuat garis besarnya saja  dan tidak pernah membaca lontarnya jadi sedikit saja bisa dimengerti dan diketahui dari makna siwa ratri ini yang merupakan Maha karya Mpu Tanakung yang bersembunyi dibalik nama samaran. Mpu=pendeta, pengayom/pengasuh, brahmana sedangkan Tan = Tidak, dan kata Akung= menikah/kawin. Jadi Mpu Tanakung Brahmana Yang tidak menikah/kawin.
Hal umum diketahui Siwa Ratri adalah malam Pemujaaan Siwa dengan landasan cerita Sang Pemburu yang masuk sorga. Rasanya Gampang sekali masuk sorga dengan begadang saja dapat masuk sorga seperti yang dilakukan oleh Lubdaka, apakah semudah itu?  Hal ini cocok untuk dipakai sebagai alat untuk memotivasi agar banyak yang ikut melaksanakan Brata/pemujaaan Siwa Ratri.

Setelah bergaul dengan orang -orang yang lebih tahu, lebih mumpuni atau orang yang begelut di bidang itu,  sedikit tidaknya didapatlah informasi yang mengupas sisi yang disembunyikan dari cerita Siwa Ratri karena menggunakan kata yang mempunyai banyak arti dengan ejaan dan lafal yang sama/ banyak arti kiasan. Akhirnya saya beranikan diri untuk sedikit menulis tentang Siwa Ratri ddengan pengetahuan yang terbatas sehingga ikut meramaikan tulisan yang sudah ada sebelumnya.

Diceritakan disini tentang seorang pemburu yang bernama Lubdaka (lubdaka = pemburu) yang bertempat tinggal di Gunung. Dalam yoga yang mencari jati diri, Hati simbolkan sebagai gunung. Jadi pemburu yang tinggal di gunung dimaksudkan adalah Kehendak Hati.

Lubdaka berburu binatang/satwa di hutan. Lalu apa hubungan kehendak hati dengan binatang dihutan. Ini sudah mulai proses dari hati kepikiran. Satwa yang berarti binatang juga mempunyai arti sebagai sifat baik (sattwam), jadi berkehendak hati untuk memunculkan sifat yang baik. Apakah sifat baik ini munculnya di hutan? tentu saja tidak, wana dalam bahasa sansekerta berarti hutan, selain itu juga berarti keinginan. Seperti kata Nirwana, Nir = tidak, Wana= keinginan, Tanpa keinginan alias moksa.
Oleh karena itu, maka maksud yang tersirat adalah berkehendak hati untuk memunculkan sifat yang baik sehingga mempunyai pikiran yang baik. Dari berbagai keinginan yang ada hendaklah dipilih/diburu pikiran yang baik saja.

Lubdaka berburu binatang pada hari keempat belas bulan ketujuh (panglong ping pat belas ke pitu) yang merupakan hari yang terbaik untuk memuja siwa. Bulan ketujuh sering ditafsirkan sebagai tujuh kegelapan bathin yang disebut "Sapta Timira" sehingga ketika sedang mengalami kegelapan bathinlah dengan memuja Siwa dapat dibebaskan dari kegelapan bathin.

Perburuan Ludhaka yang tidak menemukan binatang yang boleh dikatakan sia-sia hingga terdampar disebuah danau yang ada lingga siwanya. Hal ini merupakan simbol dari  meditasi yang memakai teknik mengosongkan keinginan dan membiarkan Siwa didalam diri yang telah dilinggihkan oleh Guru bergerak sendirinya tanpa memusatkan pikiran pada obyek tertentu hingga menemukan jati diri, yang terdapat didalam padma hredaya yang tersembunyi dibelakang anahata cakra yang ada di daerah dada.

Berhubung hari menjadi malam  dan gelap, agar tidak dimakan binatang buas, maka Lubdaka naik ke "pohon bila" dan untuk mencegah ngantuk / tetap sadar agar tidak terjatuh maka dipetiklah "daun bila" tersebut dan pada saat habis daunnya hadirlah Siwa memberikan Dashannya/berkahnya..

Begitu pula jika kegelapan mulai datang, hendaklah pikiran dinaikkan menuju Ketuhanan / Sahasrara Cakra, sehingga tidak dipengaruhi oleh pikiran buruk. Agar kesadaran tetap terjaga maka tidak henti-hentinya belajar ajaran Siwa  seperti Lubdaka memetik Daun Bila hingga pelajaran tersebut tuntas dan Nantinya akan bersatu dengan Siwa Itu sendiri.