Malam ini aku duduk diberanda rumah untuk mendengar cerita dari Sang Malam. Dari simbol simbol yang tergores dalam catatan catatan tua yang telah lusuh, malam sering disimbolkan sebagai seorang dewi ataupun seorang ibu.
Layaknya seperti jutaan bintang dan bulan dilangit yang saling berlomba untuk memperlihatkan keindahannya tanpa adanya ego yang saling menghalangi serta berdampingan dengan cahaya serangga malam. Sekecil apapun cahaya tetap diakui eksistensinya, seperti seorang ibu yang selalu ingin dekat dengan seluruh anak-anaknya. Tak peduli sumber cahaya ituberasal dari cahaya si mungil kunang-kunang maupun si cantik rembulan. Begitu juga dalam kehidupan ini, malam selalu menginspirasi dan memotivasi agar setiap insan dapat bersinar, tidak peduli besar atau kecilnya sinarnya, sinar yang dapat dipakai untuk menerangi yang sedang mengalami kegelapan hati dan pikiran ataupun yang mengalami kegelapan kehidupan karena materi.
Malam juga menceritakan tentang kesejukkan, dimana embun selalu menemani dimanapun sang dewi berada. Seandainya kesejukkan ini selalu bisa menemani dalam hati tentunya pikiran akan menjadi sebening embun.
Dan di akhir ceritanya, bahwa malam menceritakan tentang kedamaian. Malam yang hening memberikan ruang untuk terlelap dalam bingkai mimpi dan berselimut gulita serta ruang untuk memulihkan kondisi dan kesadaran. Dalam keheningan memunculkan sifat intropeksi dan kedamaian serta menumbuhkan benih benih ide untuk meraih kesuksesan.
Semoga sang dewi malam datang lagi untuk bercerita suatu saat nanti, dan saatnya bersinar untuk menerangi kehidupan karena kita adalah cahaya.
No comments:
Post a Comment