Daun daun pohon Ketapang yang berwarna merah kecoklatan yang ada di pinggir jalan didepan rumah perlahan-lahan terlepas dari ranting-rantingnya seiring dengan hembusan udara panas yang bercampur dengan debu jalanan. Para pejalan kaki terlihat menutup hidungnya dan memejamkan mata sesaat agar terhindar dari debu jalanan. Pengemis kecil terlihat ikut melintas dengan pakaiannya yang agak kumal yang tercampur dengan peluh sambil meminum es yang terbungkus plastik .
Suhu udara yang panas ini membuatku kehilangan semangat, entah beberapa nyanyian lagu sudah terdengar mengalun dari komputer yang menemaniku di ruangan ini bersama dengan secangkir kopi. "Semoga hujan cepat datang" harapku sambil meminum lagi kopi yang ada dicangkir yang masih tersisa setengahnya.
Pikiranku melayang ke masa silam untuk mengumpulkan serpihan serpihan jiwa yang tercecer, Tiba-tiba angin bertiup kencang dan awan mendung perlahan memenuhi langit dan butir- butir air hujanpun menyentuh tanah yang panas dan beberapa butiran air langsung menguap seperti asap, dan debu-debu perlahan mulai tertidur. Nyanyian kodok sayup-sayup terdengar menyambut hujan tiba. Daun-daun bergerak-gerak seperti melepas dahaga yang tak tertahankan dan pertanda kehidupan yang indah dimulai kembali.
Butir butir air hujan ini serasa membasahi lubuk hatiku, perlahan kumpulan tetesan air hujan ini mulai menghapus lukisan wajahmu yang terlukis didinding hatiku hingga akhirnya lukisan itu larut dalam air. Sekarang hatiku telah terasa ringan, terhapus sudah beban yang membebani, dan usai sudah mimpi yang membelenggu. Kehidupan baru telah dimulai lagi seiring hujan yang turun membasahi dinding-dinding hati.
Kupastikan langkahku untuk mewujudkan mimpi yang baru, mimpi tentang dunia baru, dunia yang penuh dengan harapan indah, harapan yang akan aku wujudkan tanpa mesti harus menoleh lagi kebelakang.
No comments:
Post a Comment