Ketika pagi datang, ku coba untuk memandangi langit siapa tahu kutemukan bayangan yang tersenyum manis yang terpantul cahaya matahari seperti yang biasa kulihat dalam cermin yang terpasang dilemari kayu di dalam kamarku. Tapi pagi ini rasanya aku belum beruntung, bayangan itu masih tersimpan erat dibalik kornea mataku.
Langit ini terasa sangat lapang dan independen, jika mempunya hati seperti langit alangkah indahnya. Saking luasnya langit dapat menampung beraneka jenis awan yang beraneka warna. Dan awan awan ini berjalan bersama hembusan angin tanpa adanya polusi yang melekat dilangit seperti hati yang dilewati oleh bermacam macam persoalan hidup yang pada akhirnya tanpa ada persolan yang meracuni hati itu sendiri.
Langit tidak memerlukan tiang tiang penyangga agar keberadaannya selalu diatas. Seperti hati yang tanpa memerluan pujian untuk berada diatas ego keakuan, berada diatas bukan karena tiang pujian atau tiang dorongan dari orang lain. Berada diatas karena kesadaran untuk melindungi bumi dari panasnya siang dan dinginnya malam, kesadaran memberikan ruang bagi air hujan untuk menetes ke bumi, memberikan ruang bagi anak anak bermain layang layang, memberikan ruang bagi angin untuk berhembus dan memberi ruang bagi yang ingin menikmati langit.
Terinspirasi dari Tantra Yoga
Subhanallah....alhamdulillah...Allahu Akbar... Sangat menginspirasi.... Jazakallahu khoiron katsiron...aamiin
ReplyDelete