Wednesday, October 3, 2012
Simbol Pengantin Bali
Bulan April 2012 banyak sekali dapat undangan nganten, baik karena ada hubungan keluarga maupun karena adanya jalinan persahabatan. Dalam budaya Hindu Bali bulan April ini masuk dalam hitungan Bulan Kedasa ( Kesepuluh) dalam Kalender Bali yang banyak sekali terdapat hari baik untuk melakukan segala macam kegiatan, yang salah satunya yaitu : nganten ( merit kata orang sononya). Katanya sich bulan Kedasa juga bermakna ganda yaitu Kedas, yang artinya bulan yang bersih, mungkin maksudnya bersih dari hambatan, jadi kegala macam kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan dapat memperoleh hasil sesuai dengan harapan.
Kebanyakan orang bali biasanya telah paham betul simbul simbul dalam tatanan upacara pernikahan, tetapi untuk generasi muda ada beberapa orang yang belum paham dan kadang kadang pertanyaaan yang timbul dibenaknya disimpan dalam hati seiring dengan berjalannya waktu nanti juga pasti tahu dan tentu saja ada yang akan memberi tahu, dan kebanyakan kadangkala segan dan malu untuk bertanya toch nanti akan mengalami dan pada saat itulah waktu yang paling tepat untuk bertanya.
Ketika saya sedang duduk duduk dengan saudara saudara yang lebih muda, ada saudara yang mencoba menanyakan tentang beberapa simbul simbul yang tidak dimengerti. Sebagai saudara tertua saya mencoba menjawab pertanyaaannya untuk dapat memuaskan rasa penasaran yang dimilikinya. Tentu saja jawaban yang akan diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan saya untuk menafsirkan simbul simbol tersebut berhubung saya bukanlah orang yang berkompeten di bidang tersebut.
Pertama yang ditanyakan mengenai makna dari simbol metanjung sambuk, kenapa mesti pakai kelapa, kenapa mesti ditanjung/ditendang, kenapa mesti isi telor didalam sambuk, dan juga menanyakan ada temannya yang belum mempunyai keturunan ketika ditanyakan kepada orang pintar katanya dulu pada saat prosesi metanjung sambuk sehabis prosesi sambuknya entah kemana? apa ada hubungannya?
Dan saya menjawab, "untuk sekarang saya tidak tahu". Dan saya lihat wajah saudaranya berkerut agak kecewa dengan jawaban yang saya berikan, dan kemudian sambil tersenyum saya katakan "sebentar akan saya jawab sesuai penafsiran saya karena jawabannya masih dalam proses penafsiran".
Sambuk / serabut kelapa itu merupakan simbol dunia dan telor dalamnya merupakan inti dari dunia. Ketika seorang menjadi sepasang suami istri dalam tradisi bali, mempelai dihadiahkan dunia oleh yang maha kuasa, dunia yang masih kecil yang kelak akan menjadi besar. dunia yang dipenuhi suka duka, canda tawa, anak cucu, kebahagiaan, kemakmuran dan masih banyak lagi yang bisa diisi. Ketika prosesi metanjung sambuk, telor sebagai inti dunia dilarang pecah karena merupakan semangat/kemauan untuk membesarkan dunia yang dimiliki oleh mempelai. Dalam prosesi tersebut sambuk itu ditendang merupakan simbol peresmian dunia, simbol untuk memulai permainan dalam hidup baru dan mempelai berkuasa penuh atas dunianya, apakah mau dibawa kearah kegembiraaan ataukah kebahagiaan sesuai dengan tujuan menjalani hidup baru.
Mengenai hubungan keturunan dengan metanjung sambuk , saya tidak bisa menjawabnya karena yang mempengaruhi bisa tidak memperoleh keturunan ada banyak faktor baik medis maupun non medis, dan faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor karma, karena hidup didunia ini merupakan rangkaian karma.
Kemudian yang lainnya menanyakan lagi "Kenapa ada benang yang panjang yang diikat di kayu dadap, kenapa ada metetegenan, masuwunan, dan dicambuk?'' Mengenai benang, benang panjang yang diikat dikayu dadap merupakan simbol perjalanan waktu agar mahligai perkawinan ini dapat berumur panjang sampai kakek nenek. Kayu dadap sering disebut kayu sakti karena ketika tumbuh cabangnya pasti ada tiga yang melambangkan lahir hidup dan mati, jadi lahir , hidup dan mati pasti berkenaan dengan waktu. Mategenan untuk pihak laki dan masuwunan untuk pihak perempuan merupakan simbul jika memasuki fase pernikahan maka akan ada konsekuaensi tanggung jawab dan beban yang mesti dipikul baik beban dirumah tangga maupun beban hidup dimasyarakat. Sedangkan proses dicambuk dengan lidi merupakan simbul memberikan semangat dan mengingatkan agar mempelai selalu intropeksi diri agar tujuan perkawinan dapat tercapai.
Dan yang lainnya menyela "Kalau keris nusuk tikar kecil itu pasti simbol seksualitas ya om "?. Secara umum bisa didafsirkan begitu karena seksualitas merupakan bagian dari cinta kasih suami istri, tetapi secara lebih luas dapat ditafsirkan sebagai proses penyatuan suami istri secara jiwa dan raga dalam usahanya untuk mewujudkan anak yang suputra.
Menurut orang spiritual biasanya dalam proses perkawinan tersebut terjadi sinergi dimana jiwa mempelai wanita masuk kedalam jiwa mempelai laki-laki, maka akan membentuk satu jiwa yang besar bukan dua jiwa yang terpisah, maka kalau ini terjadi biasanya perkawinan itu akan menjadi langgeng karena mempelai telah menjadi sejiwa dan sehati serta akan lebih mudah untuk mencapai tujuan karena saling pengertian itu sudah pasti ada.
"Terus mengenai prosesi nelok itu gimana"? tanya sorang sahabat. Nelok / mejauman atau mengunjungi pihak keluarga perempuan bermakna untuk mengobati keriduan orang tua dan sekalin minta restu keorang tua dan leluhur. Didunia ini suka dan duka itu berdampingan, dimana pada saat yang berbahagia pasti dilain pihak ada perasaan sedih, itu sudah hukum alam. Oarang tua mempelai wanita yang merasakan bahagia karena anaknya menempuh baru pasti disisi lain mengalami rasa bersedih karena ditinggal oleh anak yang disayanginya, anak yang dipelihara dengan kasih sayang dari kecil kini memilih ikut bersama orang yang dicintainya. Maka ketika prosesi nelok ada banten yang berisi tupat dan kue bantal yang merupakan kue bantal simbul jarum dan ketupat merupakan simbul prisma tempat sang jiwa berada. Disini diumpamakan prisma tempat sang jiwa tersebut robek (bersedih) maka dijarit kembali dengan silahturami yang disimbulkan dengan kue bantal sebagai alat untuk menjarit. Dan maka kemudian dilanjutkan acara temu pewarangan/besan serta menyelesaikan proses administrasi sebagai warga negara.
sekarang sudah dulu cerita bisik bisiknya , mumpun sudah mulai acara makannya, mari kita bersantap dan kapan kapan cerita lagi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment