Thursday, November 15, 2012

JALAN TOL DI HUTAN BAKAU

Sore ini kuajak keluarga kecilku bermain di tepi desa diseputaran hutan bakau, dan orang orang didesaku lebih mengenal hutan ini dengan sebutan prapat.

 Dulu hutan bakau ini sempat memasuki masa kritis karena daunnya sebagai pakan ternak, kayunya sebagai kayu bakar industri rumahan yaitu industri bubuk kapur yang berbahan dasar karang laut sebagai bahan campuran pasir dan semen dikala membuat bangunan karena harga semen dulu sangatlah mahal bagi ukuran perdapatan orang-orang didesaku yang mengandalkan hidupnya diladang dan nelayan tradisional.

 Semenjak Bandara didesaku berubah menjadi Bandara internasional perlahan-lahan taraf hidup masyarakat desapun merangkak naik. Dengan adanya lapangan pekerjaan baru hutan bakau perlahan-lahan dihijaukan dan menjadi hijau serta pemerintah menempatkan polisi hutan disana yang kebetulan warga desaku.

Kini hutan bakau sudah hijau kembali bahkan semakin rapat, dan banyak habitat yang ada disana. Mulai ikan, kepiting, udang, biawak serta burung banyak dijumpai.

Hutan yang hijau memberikan udara dan pemandangan segar serta memberikan penghasilan tambahan buat warga desa yang mempunyai hobby menangkap ikan dengan pancing, jala maupun sekedar mengantar orang-orang yang ingin berwisata memancing di areal bakau. Dan Kami tidak memerlukan polisi hutan lagi karena semangat polisi hutan untuk menjaga kelangsungan hutan bakau  sudah menyatu dihati warga desa.

 Kini diatas hutan bakau dibangun jalan tol untuk mengatasi kemacetan lalulintas yang sudah cukup parah diseputaran bandara. Memang kami memerlukan jalan tol disatu sisi dan disisi yang lain kami juga butuh hutan ini tetap lestari dan tidak memasuki masa senjakala yang nantinya tinggal kenangan.

Semoga pembangunan bisa berjalan berdampingan dengan alam.

No comments:

Post a Comment