Thursday, September 20, 2012

PAKU PAKU PADA POHON MANGGA

Pagi ini aku duduk di beranda rumah, kuperhatikan halaman rumah dengan seksama ternyata sudah banyak sekali perubahan seiring berjalanan waktu. Dulu ketika aku kelas 1 SMA, aku bersama ayah menanam pohon mangga jenis Harum Manis di halaman rumah agar halaman tidak gersang dan inginnya suatu saat ada tempat berteduh sekalian dapat memanen buah mangga dikala musim mangga. Akan tetapi sekarang pohon mangga tersebut sudah tidak ada lagi karena sudah terlalu besar jadi diputuskan untuk ditebang karena ditakutkan akarnya suatu saat nanti dapat merusak bangunan rumahku.

Ketika sudah besar tampaknya pohon mangga ini enggan untuk berbuah, kemudian kulihat ayah mengambil pisau lalu digores-goreskan keseluruh batang pohon mangga tersebut dan kemudian ayah juga menancapkan beberapa paku kepatang pohon mangga tersebut. Sempat kutanyakan kenapa pohon mangganya di gores dan dipaku, ayahku menjawab dengan simpel dan sambil tersenyum " Agar pohon mangga cepat berbunga dan berbuah ". Kulihat banyak sekali getah yang keluar menetes dari bekas goresan dan paku yang tertancap di batang pohon mangga tersebut, dan dalam hati cuma aku bisa berharap semoga pohon mangga ini tidak mati.

Beberapa bulan kemudian setelah luka-luka akibat goresan pisau dan luka-luka akibat tertancap paku pada pohon mangga tersebut sembuh, pohon mangga tersebut mulai berbunga dengan lebatnya dan akhirnya berbuah juga dengan lebatnya. Dan aku ada kegiatan baru menghitung buah mangga yang ada dipohonnya. Setelah buah mangga tersebut besar, setiap hari aku mengamati buah mangga yang menggantung dipohonnya, dan kalau ada yang masak langsung aku petik dan konsumsi bersama keluarga.

Hal ini menggingatku tentang cerita tentang hati, banyak sekali yang mengalami kasus hatinya terluka, teriris, ataupun tertusuk yang diakibatkan oleh cinta. Tetapi jika ada keinginan kuat untuk bertahan dan menahan rasa ini sehingga tidak tenggelam dalam pusaran frustasi apalagi dapat membuang perasaan merasa dibuang, tidak berguna, atau dapat membuang jauh-jauh dorongan bunuh diri, kelak jika dapat sembuh karena proses penyembuhkan diri serta dapat melampau rasa luka hati, maka mereka ini akan menjadi pemenang-pemenang dalam kestabilan emosi dan proses pendewasaan diri, karena emosi dan pendewasaan diri adalah masalah rasa yang dirasakan oleh perasaan. Jika ingin kestabilan perasaan, rasa sakit tersebut harus dilewati bahkan dilampui. Mengalami dua sisi yang berbeda yaitu cinta dan sakit akan menempatkan kita titik keseimbangan emosi dan keseimbangan pola pikir serta wawasan. Seperti penglihatan dipagi yang jernih yang berada diujung malam dan diawal siang. Di pagi hari saja keindahan gunung yang jauh dapat dinikmati, jika malam hari tak kelihatan karena gelap sedangkan pada siang hari tidak kelihatan karena silau. Jadilah pemenang dalam pola pikir seperti pohon mangga yang berbuah lebat.

No comments:

Post a Comment