Friday, October 12, 2012

Kehidupan yang Harum

Pada kisaran bulan September-Oktober yang lazim di Bali disebut Sasih Kapat (bulan ke-empat) dalam perhitungan Tahun Saka, yang sering juga disebut dengan Kartika merupakan puncak dari bermekaran bunga-bunga di persada pertiwi.  Momen ini tertulis dalam bait Kidung Warga Sari "Kartika panedenging sari".

Para pujangga kerap menggambarkan segala sesuatu yang indah dengan bunga (sekar), seperti lagu -lagu dalam karya sastra sering dikelompokkan kedalam jenis sekar alit, sekar madya, maupun sekar agung untuk menggambarkan keindahannya.

Selaras  dengan pujangga, para penekun jati diri menggambarkan tubuh ini merupakan kumpulan dari bunga teratai, setiap sel adalah bunga teratai dan setiap penghasil hormonal dalam tubuh merupakan bunga yang utama. Dan umumnya para rohaniawan yang mempunyai siswa di Bidang spiritual umumnya memilih waktu pada purnama kartika untuk memekarkan bunga teratai siswanya dengan harapan agar perkembangannya dapat maksimal seperti bunga-bunga yang mekar pada bulan kartika, dan nantinya dapat memunculkan sari yang berguna bagi kehidupan. Sari sari yang berwujud buah pikiran, ucapan yang santun serta tingkah laku yang mencerminkan kesucian.

Kehidupan berproses sama seperti bunga, kuncup..mekar.. dan akhirnya layu. Ketika mekar merupakan puncak dari keharuman, dikala putik sari bungapun ikut bermekaran dan keharuman bercampur dengan udara sebelum pada akhirnya layu terjatuh ketanah.

Dan didalam kehidupan ini tanpa kita sadari semuanya telah berusaha untuk mengeluarkan keharumannya masing-masing, yang kelak akan terus tertinggal didalam udara walaupun bunga-bunga yang membentuk badan  telah layu dan menyatu dengan tanah. Keharuman yang kelak masih bisa terus dinikmati oleh generasi ke generasi.

Karena dalam kehidupan, nama yang harumlah yang akan selalu dikenang.

No comments:

Post a Comment